Jumat, 20 Desember 2013

Halo, impian.

Hei kamu yang bermata coklat.
Kamu membuat aku gelisah setiap saat.
Tiap kamu muncul di barisan kata yang ku naik-turun kan, aku ingin sekali menyampaikan beberapa kata yang aku harap menjadi sebuah pertanda harapan.
Ah, tapi itu cuma mimpi.

Kamu kesana kemari, bersama satu atau lebih dari itu.
Kamu menjalani kegiatanmu sendiri dengan bebas.
Kamu yang hanya bisa berani mengeluarkan kekuatanmu didepan keramaian brutal.
Kamu yang tidak bisa berkata-kata di keramaian sunyi. Itu lucu.
Ya, bagiku itu hal yang lucu.

Aku tidak pernah seperti ini (lagi).
Aku disini menikmati dalam diamku, disekitar keramaian yang aku rasakan saat menikmatimu.
Ah, menyenangkan sekali!

Kamu lugu, tapi aku tidak tahu seberapa lugu dirimu itu.
Kamu pemalu kah? Setahuku kamu cuma bisa sedikit bergerak dan memperbanyak senyum saat keramaian sunyi.
Waw. Betapa hatiku terombang-ambing meloncat-loncat seperti kutu!
Sempat berpikir untuk mengucapkan sebuah kata "terlarang" untukmu, tapi aku kembali berfikir berkali-kali lagi.
Dan akhirnya, aku biarkan berlalu bersama hujan yang aku terobos untuk pergi.

Aku bisa menanti beberapa menit mendengarkan nada-nada yang ditolak oleh kupingku demi menunggu suaramu.
Sampai suaramu muncul dengan sendirinya, aku hanya bisa tertawa. Lucu sekali.

Ya, aku hanya bisa menggambarkanmu sebagai seseorang bermata coklat.
Menikmatimu dalam senyumku.
Seorang pemalu yang mempunyai beberapa karakter berbeda.
Betapa menyenangkan saat membayangkanmu.
Tapi.. ya, itu hanya sebuah harapan. Bisa saja aku sebut itu harapan konyol (tidak bodoh).
Harapan yang bisa kuwujudkan dalam mimpiku, dalam dunia khayalku. Dan itu benar-benar menjadi sesuatu yang konyol.

Ah.. kamu. Kenapa kamu begitu menyenangkan dimataku?
Walaupun aku tau bahwa banyak orang lain yang mengelilingi mu, dan aku tidak akan bisa memasuki dunia besarmu.
Kalaupun bisa, akan aku buat duniamu lebih besar. Lebih besar dan terisi dari sekarang!
Haha lihat, khayalanku bertambah gila seiring imajinasiku melakukan pekerjaannya.

Siapa kamu sekarang?
Siapa aku sekarang?
Kamu cuma tahu aku sebatas "teman".
Tetapi aku sudah mencoba mengetahui mu sedalam pikiranku.
Aku pikir kamu bisa jadi kunci cadanganku, setelah kunci aslinya pergi ke gembok yang lain.
Lagi-lagi, itu hanya harapan.
Aku masih membiarkan harapan berjalan seiring kata, aku masih membatasi harapanku.
Aku membatasi agar tidak mengenai hatiku lebih dulu. Karena jika kena, itu akan berakibat bodoh untuk otakku.

Batasanku kepada kamu, masih sebatas sebagai harapan dalam mimpiku.
Dan kamu tidak akan pernah mengetahui itu.

Someday, I'll tell you something that I never say to any guys in the world. Yes, someday. Hahaha









Bener-bener tulisan yang engga jelas asalnya dan isinya. Konyol. Aneh. Banget.

Rabu, 18 Desember 2013

Harapan

Desember mengajarkan kita mengatur waktu.
Mengatur apa yang harus kita perbuat.
Tidak hanya sekedar harapan belaka yang kita ucapkan.
Aku terlalu banyak berucap, sehingga yang kuharap meluap-luap.
Yang pada ujungnya tak ku pedulikan semua.

Aku harap akhir desember menemaniku dengan senyum.
Dengan hujan yang selalu datang dengan ramai.
Semoga aku bisa seramai hujan nantinya.

Tahun depan akankah aku menjadi kupu-kupu?
Aku masih menjadi kepompong kosong.
Tahun depan harus seramai hujan dan seindah kupu-kupu yang bebas.

Harapan memang tak pernah kosong.
Tapi aku selalu mengisi dengan ucapan kosongku.
Harapanku selalu tinggi dan aku ingin mengisinya.
Dengan ketingkatan pikiran yang lebih jauh dalamnya.